Pembelajaran berpusat pada siswa itu cara pandang pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa dianjurkan K 2006 dan K 2013. Pembelajaran berpusat pada siswa yang dilakukan dengan benar, memberi kesempatan yang benar-benar sama pada siswa untuk berprestasi walaupun mereka berbeda karakteristiknya berbeda satu dengan yang lain. Pendidikan di Indonesia sudah jelas memilih pandangan pembelajaran berpusat pada siswa ini. Marilah kita diskusikan bersama.
Pengertian pembelajaran berpusat pada siswa
Pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajaran berpusat pada peserta didik dalam bahasa Indonesia dapat kita definisikan berdasarkan kata-kata pembentuknya. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, berpusat/ber·pu·sat/ v berpangkal atau berpokok di (pada, kepada), siswa/sis·wa/ n murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah). Jadi, pembelajaran berpusat pada siswa ialah proses, cara, perbuatan menjadikan siswa (aktif) belajar dengan mempertimbangkan hal-hal / sifat-sifat / karakteristik yang ada pada diri siswa yang akan belajar itu. Karakteristik setiap siswa digunakan sebagai dasar dalam perancangan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Pembelajaran berpusat pada siswa mengacu pada berbagai macam program pendidikan, pengalaman belajar, pendekatan instruksional, dan dukungan strategi akademik yang dimaksudkan untuk mengatasi kebutuhan belajar, minat, aspirasi, atau latar belakang budaya yang berbeda dari individu siswa dan kelompok siswa. Untuk mencapai tujuan ini, sekolah-sekolah, guru, pembimbing, dan spesialis pendidikan lainnya dapat menggunakan berbagai macam metode pendidikan, dari memodifikasi tugas dan strategi pembelajaran di kelas untuk sepenuhnya mendesain ulang cara-cara di mana siswa dikelompokkan dan diajarkan di sekolah (http://edglossary.org/student-centered-learning/, diakses 10-02-2017 pukul 23:48 Wita diterjemahkan translate.google.com).
Jadi, pengertian pembelajaran berpusat pada siswa dapat didefinisikan sebagai serangkaian usaha guru dan sekolah menjadikan siswa (aktif) belajar melalui penyediaan proses-proses, cara-cara, kegiatan-kegiatan pemberian pengalaman, penerapan-penerapan pendekatan pedagogik dan dukungan strategi akademis untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda pada diri siswa sebagai akibat adanya perbedaan karakteristik siswa / peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada siswa berlaku sejak KTSP 2006
Pembelajaran berpusat pada siswa sesungguhnya sudah dianjurkan sejak pemberlakuan atau penerapan Kurikulum 2006. Sayangnya … pada saat itu kebanyakan kita belum sadar atau ‘belum mau’ menyadarinya. Berikut kutipan salah satu prinsip penyusunan KTSP yang menunjukkan bahwa prinsip pembelajaran berpusat pada siswa telah digunakan.
Prinsip 1 Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik memiliki posisi sentral, berarti segala kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. (Sumber: MK01 Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK, Dit PSMK, 2008)
Betul kan?
Jadi, sebetulnya tidak benar alasan jika pembelajaran berpusat pada siswa hanya berlaku atau diterapkan pada pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berpusat pada siswa seharusnya juga diterapkan pada pembelajaran yang menggunakan Kurikulum 2006.
Pembelajaran berpusat pada siswa diterapkan pada pembelajaran Kurikulum 2006 maupun pembelajaran Kurikulum 2013, karena itu logikanya pembelajaran berpusat pada siswa seharusnya diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia.
Pembelajaran berpusat pada siswa Kurikulum 2013
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning) merupakan pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 seperti tertuang secara jelas dalam Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Pada dokumen regulasi tersebut Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning) sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013.
Pembelajaran berpusat pada siswa pada kurikulum 2013 disebutkan dalam prinsip penyusunan RPP pada Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang STANDAR PROSES pada huruf c yang berbunyi “Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian”. Prinsip lain yang terkait dengan siswa tersebut pada huruf a. Yang berbunyi “Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik”.
Pembelajaran berpusat pada siswa pada kurikulum 2013 kembali disebutkan dalam prinsip penyusunan RPP pada Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang STANDAR PROSES pada huruf c yang berbunyi “Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian”. Hal ini tentu menegaskan kembali agar kita semua mengerti bahwa pendidikan Indonesia benar-benar telah beralih kiblat dari pandangan pembelajaran berpusat pada guru di masa yang lalu memasuki pandangan pembelajaran berpusat pada siswa.
Berdasarkan uraian-uraian di atas sekali lagi admin mengajak rekan-rekan pembaca khususnya para pendidik untuk mengubah mindset, meyakini dan menjalankan pembelajaran berpusat pada siswa baik bagi sekolah yang menjalankan kurikulum KTSP 2006 maupun yang memang telah menjalankan kurikulum 2013 (KTSP 2013).
Perbedaan Karakteristik Siswa dalam Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Apa yang dimaksud dengan perbedaan karakteristik siswa atau peserta didik? Ingatkah rekan-rekan dengan kompetensi 1 dari Standar Kompetensi Guru? Apa hubungannya Kompetensi ke 1 dengan perbedaan karakteristik peserta didik / siswa? Apa pula hubungannya dengan pembelajaran berpusat pada siswa?
Setiap rombongan belajar terdiri atas sejumlah siswa yang sudah barang tentu berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Pembelajaran berpusat pada siswa secara konsep adalah solusi dalam rangka menjawab kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang timbul akibat perbedaan-perbedaan karakteristik siswa. Penerapan pembelajaran berpusat pada siswa sebenarnya bermaksud untuk memastikan semua siswa memiliki ‘kesempatan yang sama’ meningkatkan kompetensinya. Pengertian ‘kesempatan yang sama’ yang dimaksudkan dalam hal ini bukan sekedar dalam konteks waktu tetapi lebih dari pada itu yaitu hampir di seluruh perbedaan karakteristik siswa.
ka.rak.te.ris.tik menurut https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakteristik memiliki pengertian mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Setiap siswa sudah bisa dipastikan membawa sifat-sifat tertentu yang ada dalam dirinya yang dapat berasal dari diri siswa itu sendiri maupun yang dibawanya dari lingkungannya.
Perbedaan karakteristik siswa meliputi banyak faktor. Faktor-faktor ini bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun faktor yang berasal dari lingkungan siswa. Faktor karakteristik siswa yang berasal dari dalam diri siswa antara lain seperti fisik, kecerdasan, bakat, kemampuan awal, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, gaya belajar. Faktor yang berasal dari lingkungan siswa seperti bahasa, sosial-ekonomi, moral, sosial budaya dan lain-lain. Perbedaan karakteristik siswa seperti ini berpotensi menjadi hambatan dan kendala dalam pendidikan. Kendala-kendala seperti inilah yang akan dieliminir dengan penerapan pembelajaran berpusat pada siswa.
Pembelajaran berpusat pada siswa mengharuskan sekolah dan guru mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Sayangnya, unsur-unsur karakteristik siswa tidak seluruhnya dapat diidentifikasi hanya dengan pandangan mata. Beberapa karakteristik siswa harus diidentifikasi dengan cermat dan teliti dengan alat atau instrumen. Karena itu, kompetensi pedagogik guru yang pertama dituntut oleh Standar Kompetensi Guru yang tertuang dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 ialah :
- Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
- Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
- Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
- Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
Berdasarkan uraian di atas jelas kiranya pembelajaran berpusat pada siswa dapat dilaksanakan dengan benar jika perbedaan karakteristik siswa dicatat dan diidentifikasi oleh guru dengan benar. Tanpa didasari identifikasi perbedaan karakteristik siswa penerapan pembelajaran berpusat pada siswa tidak berdasar pada kebutuhan belajar siswa.
Identifikasi Karakteristik Siswa untuk Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa menempatkan siswa dalam posisi sentral. Hal ini berarti perbedaan-perbedaan karakteristik siswa, potensi, bekal ajar dan bahkan kesulitan belajar siswapun harus menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian pembelajaran. Sebagai contoh, satu sekolah di Kalimantan Selatan memiliki siswa yang berasal dari berbagai suku yang tinggal di sekitar sekolah tersebut dan berada pada satu rombongan belajar / kelas. Setelah dilakukan identifikasi perbedaan karakteristik siswa pada rombel tersebut diperoleh data karakteristik siswa sebagai berikut:
No | Nama | L/P | Skor IQ | Gaya Belajar 1 | Gaya Belajar 2 | Bekal Ajar | Bahasa Ibu | Fisik |
1 | Agus | L | 83 | Visual Numerical | Expressiveness Written | 25 | Jawa | Normal |
2 | Ridwan | L | 67 | Auditory Language | Visual Language | 10 | Banjar | Minus |
3 | Febri | P | 90 | Auditory Numerical | Visual Numerical | 20 | Jawa | Normal |
4 | Noto | L | 70 | Kinesthetic | Visual Numerical | 15 | Jawa | minus |
5 | Dewi | P | 90 | Social-Individual | Visual Numerical | 35 | Banjar | Normal |
6 | Citra | P | 85 | Social-Individual | Auditory Language | 25 | Banjar | Normal |
7 | Murhan | L | 90 | Social-Group | Auditory Numerical | 35 | Banjar | Normal |
8 | Firli | L | 80 | Social-Group | Kinesthetic | 20 | Banjar | Normal |
9 | Rita | P | 80 | Social-Group | Social-Individual | 20 | Banjar | Normal |
10 | Zaenab | P | 80 | Visual Numerical | Social-Individual | 30 | Banjar | Normal |
11 | Kasman | L | 85 | Visual Numerical | Social-Group | 30 | Batak | Normal |
12 | Rina | P | 85 | Visual Numerical | Auditory Language | 30 | Banjar | Normal |
13 | Ardi | L | 83 | Visual Numerical | Auditory Language | 30 | Jawa | Normal |
14 | Wira | L | 110 | Auditory Language | Social-Group | 40 | Banjar | minus |
15 | Cici | P | 78 | Auditory Numerical | Social-Group | 35 | Jawa | Normal |
16 | Marwan | L | 70 | Kinesthetic | Social-Group | 15 | Jawa | Normal |
Pada pembelajaran berpusat pada siswa hasil identifikasi perbedaan karakteristik siswa seperti tampak pada tabel di atas sangat berguna. Sekali lagi, pembelajaran berpusat pada siswa menempatkan siswa sebagai sentral sehingga perbedaan karakteristik siswa harus digunakan sebagai salah satu dasar perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Dengan memiliki data seperti ditunjukkan pada tabel di atas kita bisa mengetahui jenis-jenis kebutuhan belajar siswa dengan lebih akurat, bukan sekedar asal menyediakan kegiatan belajar.
Kebutuhan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) menjadi pendekatan wajib bagi seluruh sekolah baik yang melaksanakan kurikulum 2013 maupun kurikulum 2006. Hasil identifikasi perbedaan karakteristik siswa memberikan informasi kepada guru bentuk-bentuk kebutuhan belajar siswa. Informasi ini harus digunakan untuk memberi ruang bagi siswa untuk belajar menurut ketertarikan, kemampuan pribadi, gaya belajar dan faktor karakteristik siswa lainnya.
Jenis Gaya Belajar | Gaya Belajar 1 | Gaya Belajar 2 |
Visual Numerical | 31% | 19% |
Visual Language | 0% | 6% |
Social-Individual | 13% | 13% |
Social-Group | 19% | 25% |
Kinesthetic | 13% | 6% |
Expressiveness Written | 0% | 6% |
Expressiveness Oral | 0% | 0% |
Auditory Numerical | 13% | 6% |
Auditory Language | 13% | 19% |
Berdasarkan contoh Tabel Identifikasi perbedaan karakteristik siswa seperti tampak pada tabel di atas dapat kita temukan data-data yang dapat kita ringkas sebagai berikut:
- Siswa secara natural berbeda-beda satu dengan yang lainnya baik dalam ketertarikannya terhadap suatu bahan ajar, kemampuan intelektual masing-masing maupun dalam gaya belajar yang disukainya (lihat tabel contoh perbedaan karakteristik siswa di atas). Guru pada batas tertentu mempunyai kemampuan dan kemungkinan memanipulasi memotivasi dan mendorong belajar siswa mencapai kemampuan optimal.
- Sebagian besar siswa memiliki skor intelegesi mendekati batas kemampuan rata-rata dan hanya beberapa memiliki skor intelegesi melebihi rata-rata. Ini memberi sinyal kepada guru bahwa siswa memerlukan waktu yang cukup untuk menyerap bahan ajar.
- 31% siswa merasa nyaman belajar dengan gaya belajar Visual Numerical pada gaya belajar utama yang disukainya dan 19% siswa lainnya juga menyukai gaya belajar Visual Numerical meskipun itu adalah gaya belajar kedua yang disukainya. Siswa-siswa dengan gaya belajar Visual Numerical membutuhkan bahan ajar dalam bentuk visual dan lebih spesifik mereka lebih menyukai angka atau bilangan yang dituliskan dibanding dengan hanya disebutkan. Jadi sangat dianjurkan guru membuat lebih banyak media berupa gambar-gambar untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa-siswa dengan gaya belajar ini.
- 19 % siswa menyukai belajar berkelompok dan 25 % lainnya menyukai belajar dengan berkelompok pada gaya belajar pilihan keduanya. Dengan demikian dapat dikatakan 40 % memiliki kebutuhan belajar berbentuk interaksi sosial berkelompok.
- 13 % sampai dengan 26 % siswa merasa nyaman belajar sendiri dan seterusnya.
Cukup jelas kiranya dalam pembelajaran berpusat pada siswa, kebutuhan belajar apa yang diperlukan siswa-siswa pada contoh di atas. Guru selanjutnya dapat mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian satu elemen pembelajaran berpusat pada siswa dapat dipenuhi.
Strategi Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning)
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) yang merupakan ciri pembelajaran kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan saintifik juga melibatkan siswa dalam proses belajarnya dan perlu mengikuti prinsip kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ada beberapa rekan yang bertanya … benarkah pembelajaran kurikulum 2013 perlu menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena mereka tidak menemukan panduan tentang hal itu? Setelah membuka ulang beberapa dokumen pendukung pembelajaran kurikulum 2013 memang benar istilah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tidak muncul di dalam dokumen kurikulum 2013 dengan istilah persis seperti itu … pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Namun demikian terdapat beberapa paragraf yang menurut pemahaman saya mengindikasikan perlunya pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam implementasi kurikulum 2013.
Strategi Pembelajaran Kooperatif perlu dilakukan pada pembelajaran berpusat pada siswa. Coba pembaca lihat kembali tabel hasil identifikasi perbedaan karakteristik siswa di atas. Siswa-siswa yang memiliki gaya belajar social-group mereka akan berhasil membangun kompetensi dalam diri mereka berkat interaksi antar siswa. Inilah kebutuhan belajar mereka. Karena itulah perlu sekali penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Di samping membangun pengetahuan dan kompetensi dalam diri siswa, interaksi antar siswa juga berfungsi sebagai media menumbuhkembangkan kompetensi sosial. Kurikulum 2013 mengharapkan tumbuh dan berkembangnya kompetensi sosial ini melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yang terjadi dalam strategi pembelajaran kooperatif. Pada Kurikulum 2006 strategi pembelajaran ini menciptakan efek menyenangkan / tidak membosankan.
Strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) yang dapat digunakan banyak macamnya. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) yang saya kenalkan di sini dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran berpusat pada siswa yang diadopsi dari Program Master Trainer Pedagogy Program kerjasama Kemdikbud dengan ITE Singapore. Jenis strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) tersebut adalah:
- Jig Saw
- Numbered Heads Together
- Reciprocal Learning
- Think-Pair-Share
- Circle of Knowledge
- Send-a-Problem
- TAPPS
- PMI
- Taking sides
Dasar-dasar Merancang Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning) merupakan pembelajaran kurikulum 2013 yang menempatkan siswa sebagai subyek untuk belajar, artinya siswa sendirilah yang melakukan langkah-langkah (secara aktif) dalam rangka belajar yang telah dirancang secara cermat oleh guru. Saat itu guru aktif memfasilitasi dan membimbing agar siswa mampu melakukan langkah-langkah belajarnya. Karena itu guru perlu lebih cermat lagi merencanakan kegiatan-kegiatan siswa ini dalam rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran). Berbagai jenis konten/materi pembelajaran perlu disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa mengkonstruksi pemahaman terhadap konten/materi pembelajaran.
Secara garis besar, merancang pembelajaran berpusat pada siswa terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
- Merancang Aktifitas-aktifitas Belajar Berpusat pada Siswa yang Sesuai
- Memilih Strategi Pembelajaran Kooperatif yang tepat
- Memilih Strategi Penilaian Formatif yang sesuai
- Merancang Aktifitas-aktifitas Belajar Berpusat pada Siswa yang Sesuai
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa menuntut siswa untuk aktif belajar melalui aktifitas-aktifitas dalam rangka meraih sub-sub kompetensi yang membentuk kompetensi utama secara utuh. Oleh karena itu, guru harus secara cermat menyiapkan kegiatan-kegiatan dan aktifitas-aktifitas yang sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran. Penyusunan aktifitas belajar berpusat pada siswa ini harus memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa pada umumnya. Begitu juga dengan pendekatan cara belajar siswa juga merupakan pertimbangan yang pantas diterapkan.
Memilih Strategi Pembelajaran Kooperatif yang tepat pada pembelajaran berpusat pada Siswa
Siswa berbeda satu dengan yang lain termasuk diantaranya dalam cara belajar mereka. Banyak diantara mereka merasa nyaman dan enak belajar ketika siswa belajar secara berkelompok. Oleh karena itu, aktifitas-aktifitas belajar berpusat pada siswa perlu mengimplementasikan pembelajaran kooperatif / pembelajaran ber kelompok.
Memilih Strategi Penilaian Formatif yang sesuai pada pembelajaran berpusat pada Siswa
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa sarat dengan aktifitas-aktifitas belajar siswa. Dalam prosesnya banyak inisiatif, kerja sama, toleransi dan berbagai keterampilan sosial lainnya yang harus menjadi perhatian guru sebagai hasil dari interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru maupun siswa dengan sumber belajar lainnya. Hal-hal inilah yang mendasari perlunya memilih strategi penilaian formatif yang tepat untuk mendapatkan penilaian autentik sesuai proses pembelajaran berpusat pada siswa.
Kita lanjutkan lagi nanti …
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan