Merdeka belajar, merdeka mengajar, kurikulum merdeka menghiasi jagat pendidikan Indonesia. Rekan-rekan pendidik, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan wajib memahami kebijakan merdeka belajar ini. Mengapa kita wajib memahami merdeka belajar? Jawabannya menurut saya sederhana. Rekan-rekan tentunya masih ingat Taksonomi pengetahuan Bloom – Anderson. Yap … mengetahui – memahami – menerapkan – menganalisis – mengevaluasi – mengreasi. Kalau belum mengetahui merdeka belajar mustahil bisa memahami. Kalau belum memahami merdeka belajar mustahil bisa menerapkan merdeka mengajar dan seterusnya. Ok ! mari bersama-sama diskusi …
Mengapa perlu Merdeka Belajar ?
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kemudian beliau mengatakan, ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Jadi, hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik.
Untuk memudahkan pemahaman kita Ki Hajar membuat contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan. Seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya
dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah Pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.
Dalam bahasa sederhana kita sering mendengar bahwa setiap siswa itu unik dan berbeda. Gaya belajarnya, kecepatannya, keminatannya dan demikian pula kemampuan awalnya bisa berbeda. Pendidik perlu menuntun mereka dengan cara yang benar, dengan proses yang sesuai dan tidak memaksanya (menjajahnya) dengan satu bentuk seperti yang guru inginkan. Biarkanlah mereka merdeka belajar sesuai kemampuan, keminatan, kecepatan maupun cara yang menyenangkan bagi mereka.
Ciri-ciri Pendidikan yang Memerdekakan Belum Terwujud
Merdeka menurut KBBI Online memiliki makna bebas (dari perhambaan, penjajahan). Benarkah kita telah menjajah siswa dalam pembelajaran? Bagaimana bisa kita menjadi bagian penyebab siswa tidak merdeka belajar? Marilah kita melakukan refleksi bersama.
Pada saat mulai pembelajaran dengan kelas dan siswa yang baru dikenal, umumnya guru tidak mengenali dengan baik siswanya. Sekolah tidak/belum menyediakan informasi yang memadai terkait data-data pribadi siswa. Guru belum berusaha memperoleh data detil karakteristik siswa bagaimana keluarga, minat, kecepatan, prestasi, gaya belajar dll.
Ketika memulai topik atau kompetensi dasar yang baru, guru umumnya menganggap semua siswa telah memiliki pengetahuan awal yang sama levelnya. Setelah pembelajaran dalam durasi tertentu baru menyadari sebagian siswa telah menyerap materi pembelajaran. Sebagian lainnya tengah berjuang namun tidak sedikit siswa yang gagal faham bahkan tidak mengerti sama sekali.
Guru umumnya memberi dan atau meminta hasil karya atau jawaban tugas dengan model dan cara yang sama bagi semua siswa. Kita sebagai guru belum menghargai jika siswa membuat karya yang berbeda bahkan sering kali tugas itu kita tolak.
Meskipun sudah menurun, namun tak terbantahkan sebagian kita masih sering ‘memaksa’ siswa menggunakan bahan belajar, media dan metode belajar sama.
Fakta-fakta tersebut memberi bukti-bukti bahwa praktik pembelajaran selama ini secara sengaja atau tidak menempatkan siswa dalam posisi ‘terjajah’. Sekolah dan guru secara tidak sengaja menempatkan siswa terjajah dan tidak menikmati merdeka belajar.
Merdeka Mengajar Menciptakan Merdeka Belajar
Pemerintah mulai meluaskan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) mulai tahun pelajaran 2022-2023 ini, Kurikulum Merdeka bukan berarti hanya ganti materi atau kompetensi dasar. Namun juga bagaimana cara mengajar yang mampu menciptakan merdeka belajar. Jika rekan-rekan pendidik memaknai perubahan kurikulum hanya dengan perubahan kompetensi dasar maka Kurikulum Merdeka akan bernasib sama dengan Kurikulum 2013.
Nah … rekan-rekan pendidik mari ciptakan merdeka belajar pada setiap siswa kita untuk mengantarkan siswa kita menjadi siswa yang pintar semuanya sesuai kodrat yang mereka miliki masing-masing. Semoga bermanfaat.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan