Latar Belakang Best Practice Pengawas Sekolah
Best Practice Pengawas Sekolah bermunculan sebagai dampak pelaksanaan tugas pokok dan fungsi jabatan pengawas sekolah. Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Kegiatan pengawasan adalah kegiatan Pengawas Sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional Guru. Berdasar pada pelaksanaan berbagai jenis tugas dan fungsi pengawas sekolah inilah lahir best practice pengawas sekolah.
Pengertian Best Practice Pengawas Sekolah
Best practice dapat diartikan sebagai pengalaman terbaik yang pernah dan atau masih dilakukan. Frasa pengawas sekolah merujuk kepada jabatan yang memiliki tugas, tanggung jawab menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, mengevaluasi hasil pelaksanaan dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.
Best practice pengawas sekolah dapat diartikan sebagai pengalaman terbaik seorang pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan pengawasan, mengevaluasi pengawasan maupun melaksanakan pembimbingan dan pelatihan guru.
Best practice pengawas sekolah lazimnya disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah dan dibukukan. Penulisan best practice pengawas sekolah mengikuti pedoman terkait seperti di diskusikan pada posting penulisan best practice pengawas. Foto di atas mengilustrasikan bentuk dan redaksi kover best practice pengawas sekolah tahun 2019.
Contoh Best Practice Pengawas Sekolah
Best practice pengawas sekolah dapat berkembang dalam beraneka bentuk. Tentu saja tidak ada satu bentuk baku mengingat ini adalah pengalaman terbaik masing-masing pengawas sekolah. Sekedar contoh, penulis menyampaikan best practice dengan judul “Pemanfaatan Cloud Computing untuk Meningkatkan Ketersediaan Dokumen Supervisi pada Sekolah Binaan di Kota Banjarmasin”.
Best practice pengawas sekolah yang penulis ajukan pada ajang Pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi Tahun 2019 ini menceritakan pengalaman terbaik penulis sebagai pengawas sekolah dalam melaksanakan program pengawasan. Syukur alhamdulillah … karya sederhana ini mendapat apresiasi sebagai Juara 2 Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2019 yang lalu.
Pedoman Pembuatan Best Practice Pengawas Sekolah
Best practice pengawas sekolah menurut pedoman terdiri atas tiga bagian utama yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup.
Bagian awal meliputi halaman judul (cover), halaman pernyataan keaslian karya yang ditandatangani, halaman lembar persetujuan dari atasan langsung dan atau pejabat terkait, abstrak atau ringkasan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bagian isi terdiri atas:
- Bab Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah, tujuan, dan manfaat best practice yang dilaksanakan.
- Bab Kajian Pustaka, berisi teori, kebijakan, pedoman dan/atau praktik yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah.
- Bab Metode, berisi tentang prosedur dan perangkat atau instrumen, dan cara pemecahan masalah.
- Bab Hasil dan Pembahasan, Penyajian dan analisis data yang mencakup keadaan awal, proses, dan hasil akhir yang diperoleh dari hasil pelaksanaan serta dampaknya bagi komunitas sekolah.
- Bab Simpulan dan Rekomendasi
Bagian Penutup berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
Teknik Penulisan Best Practice Pengawas Sekolah
Pada umumnya teknik penulisan best practice di berbagai jenjang kurang lebih serupa. Teknik penulisan best practice telah diatur sebagai berikut:
- Sampul depan yang digunakan pada karya best practice sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas.
- Jumlah halaman karya 15-20 halaman tidak termasuk lampiran, kertas ukuran A4.
- Karya diketik dengan spasi 1,5; huruf Times New Roman; ukuran huruf 12; batas tepi/margin kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, dan bawah 3 cm. Khusus untuk ukuran huruf tabel dan gambar disesuaikan dengan kebutuhan.
- File karya Best Practice dibuat dalam satu file yang utuh tidak terpisah-pisah antara judul-kata pengantar-daftar isi-bab-daftar pustaka.
Pada teknik penulisan ini menurut penulis yang menjadi tantangan adalah pada aturan item ke 4 yaitu karya best practice ditulis menjadi satu file tidak terpisah antar bagian. Hal ini meminta kita menerapkan teknik penulisan dokumen dengan beberapa teknik yang jarang digunakan (beberapa yang lain mungkin rajin atau tidak tahu karena diketikkan orang lain).
ASPEK KEASLIAN BEST PRACTICE PENGAWAS SEKOLAH
Best practice pengawas sekolah sangat menekankan keaslian naskah. Hal ini diukur dengan pengecekan similaritas karya dimana peserta pemilihan diminta mengirimkan naskah dalam format MS word. Karya best practice maksimal boleh memiliki similaritas maksimal 30 %. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar rekan-rekan menekan sekecil mungkin ‘copy paste’ yang kadang tidak kita sadari jumlahnya.
Demikian diskusi kecil tentang Best practice pengawas sekolah . Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan yang memerlukannya.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan